Sewaktu-waktu, entitas kriminal berbasis digital, yang lazim kita kenal sebagai ransomware, berhasil menjebak BSI (Bank Syariah Indonesia), sebuah institusi keuangan berbasis prinsip syariah.
Menurut kutipan dari Infosecwriteups.com (9/2/2023), ransomware merupakan bentuk kriminalitas digital, di mana pelaku yang dikenal sebagai hacker menerapkan teknik enkripsi untuk mengisolasi data-data korban. Selanjutnya, hacker tersebut mendesak korban untuk menggelontorkan uang tebusan dengan memanfaatkan data-data korban sebagai penanggungan ganda dalam permainan taruhan pelaku.
BSI mendapati dirinya terperangkap dalam skema ini pada tanggal 8 Mei 2023. Ransomware mengarahkan serangan pada m-banking dan ATM, sehingga kedua layanan tersebut terhenti dan tidak dapat diakses oleh para nasabah.
Sebagai respons, BSI merancang pertahanan serangan digital yang mengharuskan waktu yang cukup singkat demi menjaga dan melindungi data-data sensitif bank tersebut.
CNBC Indonesia (11/5/2023) menyajikan penjelasan bahwa dampak dari ransomware ini menyebabkan m-banking dan ATM tidak dapat dioperasikan hingga tanggal 11 Mei, sebagaimana diuraikan oleh Direktur Utama BSI, Hery Gunadi, dalam konferensi pers. Ia juga mengemukakan perlunya pemeriksaan audit dan digital forensik untuk menyikapi peristiwa ini dan BSI terus melakukan koordinasi dengan regulator, OJK, pemegang saham, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya.
Ransomware memiliki potensi merugikan perusahaan yang menjadi sasarannya.
Berikut adalah dampak yang bisa muncul akibat ransomware.
Daftar Isi
Dampak-Dampak Ransomware
1. Finansial
Ketika perusahaan atau individu terperangkap dalam jaringan ransomware, kerugian finansial bisa menjadi konsekuensi yang nyata. Dana dapat berkurang secara signifikan jika korban memilih untuk membayar tebusan kepada pelaku, yang bisa dipicu oleh berbagai alasan, mulai dari keputusasaan hingga pengejaran waktu.
Namun, jika memungkinkan, sebaiknya perusahaan atau individu tidak membayar tebusan kepada pelaku. Langkah paling tepat adalah melaporkan insiden ke otoritas yang berwenang serta mempublikasikan insiden tersebut ke khalayak luas. Publikasi ini bisa menjadi langkah preventif untuk mencegah korban berikutnya dan memperkuat pertahanan masyarakat terhadap serangan serupa.
Tak hanya kerugian yang diakibatkan oleh uang tebusan, biaya lain yang berkaitan dengan pemulihan pasca-serangan juga bisa menjadi beban finansial. Penyerangan ransomware yang berhasil menunjukkan bahwa sistem keamanan data telah berhasil ditembus. Entitas yang tidak bertanggung jawab kini memiliki akses ke data, sebuah situasi yang tentunya tidak diinginkan oleh setiap perusahaan.
Menangani dampak ini memerlukan biaya finansial yang cukup besar. Penggantian beberapa elemen, seperti hardware dan software, menjadi langkah pertama yang harus dilakukan untuk menambal kebocoran sistem. Selain itu, biaya juga diperlukan untuk asuransi, pengacara, dan berbagai elemen lain yang mendukung proses pemulihan dan pencegahan serangan berikutnya.
Namun, pengeluaran ini perlu dilihat sebagai sebuah investasi, bukan beban. Karena sejatinya, biaya pemulihan dan pencegahan ini jauh lebih murah dibandingkan dengan potensi kerugian yang bisa ditimbulkan oleh serangan ransomware. Mengamankan perusahaan dari insiden serupa di masa mendatang menjadi prioritas utama, dan untuk itu, perusahaan harus siap mengalokasikan dana yang cukup.
2. Reputasi
Dalam dunia bisnis, reputasi merupakan aset yang tak ternilai harganya. Sayangnya, reputasi perusahaan bisa tercoreng akibat serangan ransomware. Penyerangan ini bisa menimbulkan keraguan dalam benak para pelanggan dan menurunkan tingkat kepercayaan mereka terhadap keamanan perusahaan.
Serangan ransomware bisa menimbulkan kerusakan reputasi yang panjang dan mendalam. Pelanggan mungkin akan merasa khawatir dan ragu untuk bertransaksi atau memberikan data pribadi mereka kepada perusahaan yang pernah terkena serangan ini. Mereka mungkin akan berpikir, “Jika perusahaan ini tidak bisa melindungi data mereka sendiri, bagaimana mereka bisa melindungi data saya?”
Keraguan ini bisa berdampak langsung pada kepercayaan dan loyalitas pelanggan. Dalam jangka panjang, hal ini bisa berpengaruh pada penjualan dan pendapatan perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan harus berusaha keras untuk memulihkan reputasi mereka setelah serangan ransomware.
Pulih dari kerusakan reputasi bukanlah tugas yang mudah. Perusahaan harus transparan dalam mengkomunikasikan insiden tersebut kepada pelanggan, menunjukkan langkah-langkah yang mereka ambil untuk mengatasi masalah, dan bagaimana mereka berencana untuk mencegah serangan serupa di masa depan.
Perusahaan juga perlu melakukan upaya ekstra untuk membangun kembali kepercayaan pelanggan. Ini bisa berarti memberikan peningkatan layanan pelanggan, menawarkan kompensasi atas ketidaknyamanan yang dihadapi pelanggan, atau memperkuat sistem keamanan mereka untuk menunjukkan komitmen mereka dalam melindungi data pelanggan.
Dalam jangka panjang, perusahaan harus mempertimbangkan dampak serangan ransomware terhadap reputasi mereka dan membuat rencana pemulihan reputasi yang efektif untuk meminimalkan kerugian yang mungkin terjadi.
3. Operasional
Serangan ransomware bisa menghambat mekanisme operasional perusahaan. Perusahaan yang memiliki kesiapsiagaan terhadap ancaman siber mungkin perlu menonaktifkan operasional untuk menghindari kerusakan sistem yang lebih parah.
Contoh nyata terlihat dalam kasus BSI, dimana mesin ATM dan m-banking harus dinonaktifkan. Nasabah tidak mampu memanfaatkan kedua fasilitas ini karena sistem operasional dihentikan sebagai langkah pertahanan terhadap ransomware.
Konsekuensinya, perusahaan mengalami kerugian karena operasional yang terhenti berarti menghentikan aliran pendapatan. Selain itu, penonaktifan sistem ini juga bisa mengganggu pelayanan kepada nasabah atau pelanggan, yang pada akhirnya bisa berdampak pada reputasi perusahaan.
Memulihkan operasional perusahaan setelah serangan ransomware bukanlah hal yang mudah. Perusahaan perlu memastikan bahwa sistem mereka sudah aman sebelum kembali beroperasi. Ini mungkin melibatkan penggantian atau pembaruan perangkat keras dan perangkat lunak, serta peningkatan keamanan data dan jaringan. Selain itu, perusahaan juga perlu mempersiapkan strategi komunikasi yang efektif untuk menjelaskan situasi kepada pelanggan dan menjaga kepercayaan mereka.
Dalam jangka panjang, perusahaan harus siap menghadapi kemungkinan serangan lain dan membuat rencana kontingensi yang tepat. Hal ini melibatkan pemahaman yang baik tentang ancaman yang ada, serta investasi yang cukup dalam teknologi dan sumber daya untuk melindungi dan memulihkan sistem mereka.
4. Data
Invasi ransomware menunjukkan bahwa peretas sudah mendapatkan akses ke dalam data-data perusahaan. Hal ini menimbulkan dampak signifikan, terutama jika data yang terserang adalah informasi sensitif yang bisa menjadi alat pemerasan demi keuntungan peretas.
Data perusahaan yang berada dalam genggaman peretas tidak hanya berpotensi menimbulkan kerugian finansial, tapi juga bisa merusak reputasi dan kepercayaan pelanggan. Informasi yang bocor bisa mencakup detail pribadi pelanggan, informasi keuangan, dan data bisnis strategis lainnya. Bahkan, dalam beberapa kasus, peretas bisa menjual data yang dicuri ke pihak ketiga, memperluas dampak negatif dari serangan tersebut.
Menghadapi dampak ini memerlukan strategi pemulihan data yang efektif. Ini melibatkan langkah-langkah seperti identifikasi data yang terpengaruh, pemulihan data dari backup, dan pemberian notifikasi kepada pihak-pihak yang berpotensi terkena dampak. Selain itu, perusahaan juga perlu memperkuat sistem keamanannya untuk mencegah akses yang tidak sah ke data mereka di masa mendatang.
Namun, pemulihan data bukanlah solusi mutlak. Perusahaan juga harus berinvestasi dalam upaya pencegahan, seperti enkripsi data, penggunaan firewall dan antivirus canggih, serta pelatihan karyawan tentang keamanan siber. Upaya-upaya ini penting untuk mencegah terulangnya serangan ransomware dan melindungi data perusahaan dari ancaman lainnya.
Kesimpulan
Menyikapi dampak serangan ransomware, pengetahuan dan persiapan yang matang menjadi kunci utama dalam melindungi sebuah perusahaan. Ransomware tidak hanya memberikan kerugian finansial, namun juga berpotensi merusak reputasi, mengganggu operasional, dan mengancam integritas data perusahaan.
Dalam konteks finansial, perusahaan harus menyadari bahwa dampak finansial bukan hanya berasal dari tebusan yang diminta peretas, namun juga dari biaya pemulihan dan peningkatan sistem keamanan. Sementara itu, reputasi perusahaan juga menjadi taruhan. Kepercayaan pelanggan bisa tergerus akibat serangan ini dan memulihkannya membutuhkan waktu dan usaha yang tidak sedikit.
Operasional perusahaan juga bisa terhambat akibat serangan ransomware. Kasus BSI menjadi contoh nyata bagaimana serangan ini bisa menghentikan layanan penting seperti ATM dan m-banking. Akhirnya, integritas data perusahaan juga berada dalam ancaman. Data yang berpotensi menjadi alat pemerasan peretas harus diamankan dengan baik dan pemulihan data menjadi prioritas utama setelah serangan.
Melalui pemahaman mendalam tentang ancaman dan dampak yang ditimbulkan ransomware, perusahaan dapat menyiapkan strategi pencegahan dan pemulihan yang efektif. Investasi dalam teknologi keamanan dan pelatihan karyawan menjadi bagian penting dari strategi ini.
Ransomware adalah ancaman nyata dalam era digital ini, dan setiap perusahaan perlu siap menghadapinya. Perlindungan data dan keamanan siber bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan yang harus dipenuhi.
Originally posted 2023-05-14 23:19:57.